Senin, 20 April 2009

Apa sebenarnya efek dari pendengar yang salah mengerti Jazz, kepada musisi Jazz?

Pada suatu kesempatan, saya pernah mendengar di.saluran televisi membahas sebuah band dan mengatakan band itu berbasis Jazz. Sebelumnya, saya juga pernah datang di sebuah konser yang berlabel Jazz dan yang bermain adalah sebuah band yang berbeda. Tetapi, kedua band itu memiliki kesamaan yaitu, sama-sama memboyong nama Jazz. Pertanyaannya, benarkah yang mereka mainkan itu Jazz?...

Sama halnya dengan teman saya. Saya mempunyai teman dari Internet, lalu saat saya ditanya suka band rock apa, saya jawab Queen. Dia langsung merespon bahwa ia juga suka band2 klasik seperti gun & roses dll. Saya kaget, meskipun mungkin maksudnya adalah band2 di era yang sudah lewat, tapi dia menggunakan kata ‘klasik’. Masa gun & roses itu klasik? Lalu saya uji coba dengan memancing pembicaraan kepada teman saya yang lain. Dia mengirimkan saya sebuah mp3. Dia bilang itu Jazz dan dia suka. Saya heran, jelas2 itu masih banyak sekali mengusung unsur pop dan saya rasa tidak ada harmonisasi Jazz-nya.

Oalaah…ternyata ga cuman di Jazz aja ‘aliran sesat’ menyebar. Saya masih inget dengan jelas kata Benny Chen di Jazz Night 2, “Di Indonesia ini orang pinter itu ga banyak, tapi orang keminter (sok pinter) itu yang banyak”. Hehe… saya tidak mengatakan teman2 saya keminter, tetapi mereka adalah korban entah orang atau media yang salah memberikan Informasi. Ga usah jauh2, banyak buangget di Indonesia. Saya mengambil contoh konser2 Jazz di Ibukota. Kalau memang itu Jazz, kok ada pop,rock dsb.? Sejak kapan Jazz kok kaya gado2. Terus apa efek buat musisinya?

Efeknya sangat jelas bahwa akan menurunkan kualitas musisi2 yang muncul di permukaan karena harus mengikuti pasar agar terjual. Dan menambah kuantitas musisi2 yang tidak berkualitas. Akhirnya, yang mempertahankan Idealismenya untuk menyuguhkan musik berkualitas tenggelam dibawa arus. Seandainya mereka masih bisa bertahan, itu karena masih ada pengemar fanatik musik2 yang berkualitas. Jika pengemar ini dihilangkan, maka kita mungkin tidak tahu ada musisi yang berkualitas eksis di Indonesia (untungnya pengermarnya itu masih ada^_^).

Karena itu, marilah kita menjadi pendengar yang pintar. Memang hanya sedikit media yang menyajikan Informasi yang benar. Tapi, apakah itu menjadikan alasan untuk berhenti belajar untuk menjadi pendengar yang pintar? Masa kita dibodohi terus? Ga maulah yau! Sing gelem iku lho sopo? :D

Related Posts by Categories