Selasa, 28 April 2009

Fusion itu Jazz?

Nah, pasti banyak yang penasaran. Kita membahasnya dengan pelan-pelan aja ya…biar aku juga gak kepleset trus malah ngaco ntar ujung-ujungnya mbulet malah mumet :P . Sebuah komposisi pada dasarnya dan garis besar secara umumnya saja, akan disebut Jazz jika memiliki Improvisasi Jazz dan ber-harmonisasi nge-Jazz karena itu adalah style, bukan ber-irama nge-Jazz namanya. Seandainya kita mendengarkan komposisi penggabungan dari 2 aliran dan salah satunya tidak memenuhi kreteria sebagai Jazz style, tetapi juga ada ber-improvisasi-nya, berarti apakah itu Jazz? Bukan-lah... Ok, kita menyingung dikit aja soal Jazz style :

Ada harmonisasi.dan harmonisasi Jazz itu memang miring. Contohnya Lydian Chromatic of Tonal Organisation atau lccoto (hiyyaa, namanya ngeri ya?), tapi bukan berarti semua yang miring-miring itu Jazz. Untuk dikatakan Jazz, sebuah komposisi itu harus lengkap dan memenuhi style Jazz. Jadi jangan dianggap kalo miring itu Jazz. Jangan-jangan orangnya yang miring :D *canda bro*

Fusion itu secara harafiah berarti campuran. Sama halnya dengan fusion yang kita bahas. Kita ibaratkan dengan warna. Merah dicampur biru jadi ungu, kan? Berarti klo sudah jadi ungu tidak bisa di kategorikan sebagai merah maupun biru.
Sudah ada gambaran, kan? Yey, anak mama pintar menggambar (masa anak tetangga :D ) Jadi fusion itu bukan Jazz maupun sub-genre Jazz

Terus kenapa kok rata-rata di Indonesia fusion disebut Jazz? Kalau Jazz fusion memang ada, Saya sendiri tidak menyangkal. Yah, saya dulu sebelum ngobrak-ngabrik gramedia juga masih bisa dibohongi :D . Karena bahkan dari semua buku yang saya beli, tidak sedikit yang mengatakan fusion itu Jazz. Entah apa karena Jazz Fusion adalah jenis fusion pertama yang muncul di tanah air. Jadinya banyak beranggapan demikian, iyo gak?

Mungkin ada yang bilang, “di wikipedia lho tulisannya fusion itu smooth jazz”. Bukan wikipedianya yang salah, tapi yang mencerna yang salah :P . ‘Kan tadi saya bilang fusion itu ‘pencampuran’. Kalau suatu genre dicampur sama Jazz dan masih memainkannya dengan style Jazz, berarti namanya berubah menjadi Jazz fusion.

Sebenernya musisi Jazz sendiri ga terlalu ambil pusing mikirin genre. Kan mau main musik bukan main genre :P. Yah, satu satunya jalan kalau mau menjadi pendengar/penikmat/penggemar yang pintar memang harus terus menggali….he he galilah Jazz , jangan cuman mendengar Jazz ok…



Klik Selengkapnya...

Apa itu JAZZ ?

Ada sebuah pertanyaan yang paling mendasar, tapi paling buanyaak jawabannya. “Apa itu Jazz?”. Ada yang jawab Jazz itu sulit di definisikan, ada yang jawab Jazz adalah musik dari amerika (ya memang, tapi yang ditanya “apa itu jazz?” bukan awal mulanya  ) dan masih banyak lainnya. Banyak di Indonesia mendefinisikan Jazz itu irama. Jadi mau itu RnB, mau itu pop yang penting berirama Jazz berarti Jazz. weleh2…kalo segampang itu main Jazz, semua orang bisa main Jazz :P.

Sangat sedikit media yang saya temukan mengatakan bahwa Jazz adalah...

style memainkan musik. Padahal itu jawabannya :D . Jawabannya singkat ya? “Jazz itu style memainkan musik”, tapi kok dibuat seakan-akan Jazz itu mbelibet. Kalo harmonisasi Jazz memang mbulet, tapi ini kan yang ditanyakan cuman definisi umumnya. Jangan di mbulet-mbuletin dong. Saking singkatnya artikelnya selesai sampai disini sebenernya juga ga masalah :lol: ahaha, jangan ah…nanggung :D

Style Jazz itu apa? Hiyaa, kalo dijelaskan secara detail ntar bisa nyenggol ke scale, chord dsb. Jazz itu intinya memberikan musisi kebebasan yang seluas-luasnya untuk memperindah lagu menurut musisi itu. Seandainya diukur pakai derajat, dari lagu yang cuman 5 derajat bisa berubah jadi 160 derajat atau malah mungkin 365 derajat (lebih dari putaran penuh maksudnya itu luas sekali :D ). Dari yang ngga miring sekalipun bisa berubah menjadi miring-miring-miring-muuuuuiiiiiirriiing, Luuaaassss sekali. Dari nada yang salah pun bisa jadi bener, dalam catatan harus mengikuti style Jazz. Entah itu harmonisasinya atau lainnya lah. Yang jelas Jazz itu luas sekali. Jadi kalau dibilang Jazz itu musik kaku,. Apa nggak salah ta?

Yah, rasanya cukup sampai disini. Jazz itu luass banget, berkreasilah bagaimana pun hasilnya (ya ‘kan ga mungkin langsung bisa bagus) jangan cuman melihat orang berkreasi, karena justru disinilah letak nikmatnya Jazz. Ayo kita tingkatkan semangat nge-Jazz!


Klik Selengkapnya...

Senin, 27 April 2009

Resume Jazz Night 2

Tepat tanggal 18 maret 2009, ada sebuah konser Jazz yang menggebrak Surabaya. Kalau biasanya mungkin kursinya konser Jazz itu tidak sampe penuh, disini malah sampai ada yang berdiri. Animonya luar biasa. saya itu bersyukur datangnya awal, klo tidak mungkin tidak dapet tempat duduk. Padahal kapasitasnya sekitar 700 orang. Jauh dibandingkan konser Jazz night 1 yang diadakan di gedung cak durasim atau pun konser-konser Jazz lain di Surabaya. Dan yang menonton tidak hanya orang-orang yang dianggap sudah berumur, tapi juga anak-anak bukan sampai mahasiswa doang. Wuik-wuikk-wuikkkk……


Konser itu adalah Jazz Night 2, diadakan di gramedia expo. musisinya tidak jauh berbeda dengan yang pertama. Ada Jason A. Gunawan (Sony) pada piano dan tenor saxophone, Benny Chen pada drums, Totok Afiat pada bass. Acara ini juga dihadiri bintang tamu seperti Natasya “Idola cilik”, Eryka dan Malcolm Aiken yang datang khusus dari Canada.

Di pertengahan acara ada sisi edukasi yang membahas tentang Jazz, sub-genre, apalagi fusion. Dan kali ini lebih mendalam daripada konser Jazz night 1 yang diperuntukan pada orang awam. Ya, sebenernya penjelasannya sama-sama sederhana dan mudah dipahami.

Banyak kejutan dalam Jazz Night 2. Tak hanya karena penampilan musisi-musisinya yang sangat memikat hati penonton tetapi Sang Maestro Bubi Chen muncul dan semakin menghebohkan panggung Jazz Night 2.

Menurut informasi yang saya dengar (ciee) banyak yang penasaran soal Jazz night 3. Hal itu menunjukan respon yang sangat besar dari para penggemar Jazz di Surabaya mengingat yang ditampilkan adalah Jazz murni. Saya yakin banyak daerah lain yang potensial untuk mengembangkan Jazz di Indonesia. Maju terus Jazz!

Klik Selengkapnya...

Senin, 20 April 2009

Apa sebenarnya efek dari pendengar yang salah mengerti Jazz, kepada musisi Jazz?

Pada suatu kesempatan, saya pernah mendengar di.saluran televisi membahas sebuah band dan mengatakan band itu berbasis Jazz. Sebelumnya, saya juga pernah datang di sebuah konser yang berlabel Jazz dan yang bermain adalah sebuah band yang berbeda. Tetapi, kedua band itu memiliki kesamaan yaitu, sama-sama memboyong nama Jazz. Pertanyaannya, benarkah yang mereka mainkan itu Jazz?...

Sama halnya dengan teman saya. Saya mempunyai teman dari Internet, lalu saat saya ditanya suka band rock apa, saya jawab Queen. Dia langsung merespon bahwa ia juga suka band2 klasik seperti gun & roses dll. Saya kaget, meskipun mungkin maksudnya adalah band2 di era yang sudah lewat, tapi dia menggunakan kata ‘klasik’. Masa gun & roses itu klasik? Lalu saya uji coba dengan memancing pembicaraan kepada teman saya yang lain. Dia mengirimkan saya sebuah mp3. Dia bilang itu Jazz dan dia suka. Saya heran, jelas2 itu masih banyak sekali mengusung unsur pop dan saya rasa tidak ada harmonisasi Jazz-nya.

Oalaah…ternyata ga cuman di Jazz aja ‘aliran sesat’ menyebar. Saya masih inget dengan jelas kata Benny Chen di Jazz Night 2, “Di Indonesia ini orang pinter itu ga banyak, tapi orang keminter (sok pinter) itu yang banyak”. Hehe… saya tidak mengatakan teman2 saya keminter, tetapi mereka adalah korban entah orang atau media yang salah memberikan Informasi. Ga usah jauh2, banyak buangget di Indonesia. Saya mengambil contoh konser2 Jazz di Ibukota. Kalau memang itu Jazz, kok ada pop,rock dsb.? Sejak kapan Jazz kok kaya gado2. Terus apa efek buat musisinya?

Efeknya sangat jelas bahwa akan menurunkan kualitas musisi2 yang muncul di permukaan karena harus mengikuti pasar agar terjual. Dan menambah kuantitas musisi2 yang tidak berkualitas. Akhirnya, yang mempertahankan Idealismenya untuk menyuguhkan musik berkualitas tenggelam dibawa arus. Seandainya mereka masih bisa bertahan, itu karena masih ada pengemar fanatik musik2 yang berkualitas. Jika pengemar ini dihilangkan, maka kita mungkin tidak tahu ada musisi yang berkualitas eksis di Indonesia (untungnya pengermarnya itu masih ada^_^).

Karena itu, marilah kita menjadi pendengar yang pintar. Memang hanya sedikit media yang menyajikan Informasi yang benar. Tapi, apakah itu menjadikan alasan untuk berhenti belajar untuk menjadi pendengar yang pintar? Masa kita dibodohi terus? Ga maulah yau! Sing gelem iku lho sopo? :D

Klik Selengkapnya...

Senin, 06 April 2009

Membahas Improvisasi dalam Jazz

Dari semua materi pelajaran musik, saya rasa yang paling menyenangkan adalah Improvisasi. Memang untuk pertama sangat mbulet. Pemula biasanya menggunakan banyak nada atau mengunakan speed untuk membuat decak kagum (saya salah satunya :D …ngaku deh) ahaha, tapi itu adalah pengalaman tak terlupakan dan kalau boleh bercerita, guru saya cuman ketawa. Haha…lebih lucu lagi dulu saya kalo improvisasi nadanya urut. Misalnya menggunakan C Major scale... , dari C terus lanjut sampe nada F atau G balik ngambil bassnya (sesuai chord atau kunci, misal G ya G… orang pertama kali Improvisasi dan dadakan pula =)) ) terus diurut lagi secara ascending maupun descending. Ditambah lagi sok speed, saya tau itu salah dan ‘maksa’ apalagi saya sendiri tidak bisa menikmati, tapi waktu sudah berkata (sudah jadi masa lalu :lol: ) ya gitu deh. Tapi kan saya tidak ada persiapan, minimal sudah melakukan Improvisasi bukan jiplak :D. Wis ta la, isin dhewe aku ^_^. Saya rasa itu adalah sedikit contoh gambaran mengenai kesalahan yang sering terjadi pada pemula…tapi tidak semua lho.

Kembali ke topik, rasanya jika yang memainkan adalah seorang musisi asli (bukan dadakan :D ) sekalipun memakai nada C Major, yang merupakan scale paling dasar pun bisa jadi melodi yang Indah. Menunjukan bahwa Improvisasi itu sangat luas. Karena dari dulu sampai sekarang, tidak ada musisi jazz asli menjiplak Improvisasi orang lain. Karena secara harfiah, Improvisasi dalam Jazz berarti composing while playing, menciptakan melodi baru saat memegang alat musik saat itu juga di atas panggung. Mungkin sudah bosan mendengar kalimat ini, tapi jika improvisasi itu sudah dipersiapkan dari awal, kira-kira itu Improvisasi ngga? Jawabannya adalah BUKAN!

Bagaimana Improvisasi untuk pemula? Mungkin ada yang mengharapkan untuk mendapat ‘bocoran’ trik-trik yang bagus untuk membuat penonton kagum meskipun dengan kempuan dan pengetahuan minim. Tenang saja, ada kok…







…LATIHAN!!!...sekali lagi…LATIHAN!!!...


Hahaha, lansung pupus harapan ya? Jangan sedih dulu, pemula pun bisa melakukan Improvisasi Jazz. Memang susah awalnya, tapi masa nyoba aja belum langsung nyerah. Jangan berharap langsung bisa Improvisasi seperti maestro, mimpi kali yeee :p . Sederhana saja bisa membuat orang melongo. Karena Improvisasi dalam Jazz adalah komunikasi antara musisi dengan musisi yang lain lalu dengan pendengar. Maksudnya komunikasi gimana? Waduuhh,. klo yang ini mohon maaf saja, saya tidak cukup pengetahuan untuk menjelaskan. Coba bedakan antara orang bermain Improvisasi sendiri sama yang ‘bersahut-sahutan’ dan saling melengkapi jika anda melihat konser Jazz. Percaya atau tidak, jika anda memperhatikan dengan sungguh-sungguh, pasti akan ketahuan. Suer, musisi yang cuman ingin menimbulkan decak kagum terkesan dia bermain sendiri alias terkesan heboh sendiri, karena dia tidak berkomunikasi dengan pendengar.. mbulet karep’e dhewe main improv’e . Padahal bermain kan buat pendengar Ya pendengarnya ya cuman bilang, “oh, gitu”, makna Improvisasi itu jadi hilang. Improvisasi yang Indah adalah Improvisasi yang membawa pendengar masuk menjadi bagian dari lagu itu. Wis, pokoknya sering aja dengerin orang Improvisasi, biar telinga anda yang memberi tahu 

Sekarang, bagaimana kalau kita bicara sebagai orang yang belajar Improvisasi? Saya yakin se-yah-kin-yah-kin-nya tidak sedikit yang bilang Improvisasi itu susah. Jujur lho, Tehnik Improvisasi itu gampang, bisa dari latihan rutin. “Nyawa”-nya harmonisasi itu lho yang tidak bisa diajarkan. Pernah buapak saya bilang ke saya via email, (sebenernya lagi diskusi Internet Marketing bukan musik sih) Menguasai berarti Menikmatinya. Nah, gimana caranya menguasainya kalau manikmati saja tidak?. Sudah mulai dapat gambaran, kan? Belum? Ayo kita menggambar lagi… :D

Tentu yang pertama sebelum belajar Improvisasi adalah harus bisa menikmati lagu atau improvisasi seseorang.

Yang kedua, sekarang nikmatilah harmonisasi anda. Jangan maksa langsung scale dimainin semua, apalagi lebih dari satu scale. Bahkan jika perlu, gunakan saja 3 atau 4 nada. Yang penting adalah menikmati. Kalau dengan 3 atau 4 nada saja belum bisa membuat harmonisasi yang indah, berarti kalau lebih artinya muuuaaak…saaaaa :D (^_^v peace bro, tapi itu kenyataan, kan?) saya pernah melihat film dokumentasi tentang Ray Charles. Awal mula ia belajar piano dia hanya diberi nada 1, nada 2 dan nada 3 oleh gurunya. Saat gurunya memainkan progression chordnya (ya pokonya kunci2nya) Ray Charles berimprovisasi hanya dengan 3 nada. Jadi yang paling penting adalah ‘menyenangkan’ dalam artian luas atau universal.

Yang ketiga, jangan berimprovisasi karena ingin dipuji atau ingin dapat tepuk tangan (applause). Harmonisasi anda bahkan tidak akan menyentuh penonton, apalagi membawa penonton menjadi bagian dari Improvisasi anda. Bukan tepuk tangan yang anda dapat, tapi lemparan kursi dari penonton. Mau dicoba? Maka jangan hubungi saya :->

Memang masih banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi Improvisasi. Tapi, saya rasa inilah yang paling dasar dan paling berpengaruh.

Jangan pernah takut berimprovisasi! Karena improvisasi ada bukan untuk ditakuti :lol:.

Semakin anda menikmati musik semakin anda menguasainya. Sekian dulu untuk artikel ini. Ayolah kita berpendapat dan saling membahas agar bisa menciptakan atmosphere musik Jazz yang semakin menyenangkan untuk semua kalangan…

Klik Selengkapnya...

Kamis, 25 Desember 2008

Apresiasi Jazz untuk pemula

"Jazz adalah sebuah permainan musik dengan cara memberikan sebuah improvisasi pada lagu tetapi tetap dengan aturan yang baku"

Bagaimana dengan musik Rock yang juga memberikan ruang/kesempatan untuk berimprovisasi pada permainan sebuah lagu apakah berarti juga bisa disebut Jazz ?...

"Tetap tidak bisa menurut Benny Chen," ... karena untuk disebut Jazz tetap harus memiliki harmonisasi yang hanya dimiliki oleh musik Jazz itu sendiri.
Musik Rock juga memiliki harmonisasi. ...... tetapi jauh lebih sederhana.

Bagaimana dengan musik Jazz yang dimainkan oleh beberapa musisi di Indonesia yang telah membuat rekaman dan dicover CD/kaset tertulis dengan label....... .

"Musik Jazz aliran..(banyak macam ragamnya)"

tetapi jika didengarkan CDnya musik maupun melodinya sama dengan yang dimainkan dipanggung saat mereka konser atau kemudian muncul pada acara musik di sebuah stasion TV... mereka memainkannya tetap sama dengan yang di CD.... ini tetap tidak bisa dimasukan dalam kategori musik Jazz lebih tepat disebut musik salinan (hafalan) walaupun beberapa aturan baku Jazz sudah dipenuhi pada saat mereka memainkan musik itu.
Melakukan improvisasi pada sebuah lagu tidak bisa dilakukan dengan cara salinan...apalagi dalam musik Jazz, Beny chen menjelaskan disela konser Jazz di gedung Cak Durasim kemarin.
Salut untuk sebuah pernyatan dari seorang musisi kelas dunia seperti "Beny Chen"

Dengan sangat sederhana dalam memberikan pengertian "APA ITU JAZZ" dan gampang dicerna oleh penggemar musik Jazz yang tentunya masih masuk dalam kategori kelompok penggemar awam.

Tema dari konser Jazz di gedung Budaya Cak Durasim adalah :
" Surabaya Sebagai Barometer Musik Jazz Indonesia "

Mudah mudahan saya tidak salah mencerna sebuah pembelajaran yang diberikan oleh Beny Chen ditengah konser Jazz untuk orang awam...(mohon dikoreksi kalau kurang tepat)





Sumber : Konser "apresiasi Jazz" di Gedung Cak Durasim, Surabaya

Klik Selengkapnya...